Rabu, 25 November 2015

Sudah Gak Jaman, Guru Mengajar dengan Muka Seram

Sudah Gak Jaman, Guru Mengajar dengan Muka Seram

Jakarta, Obsessionnews – Guru disebut ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ menjadikan murid dari tidak tahu menjadi tahu. Peringatan Hari Guru Nasional ke-70 pada 25 November 2015, mesti dijadikan momentum merefleksi kinerja guru dalam meningkatkan kualitas anak didik. Seiring berjalannya waktu, guru tidak hanya memiliki skill saja namun perlu memiliki keterampilan mendidik dan mengajar.
Guru juga bagian dari komponen membentuk kreativitas murid, maka peran guru sangat penting membentuk karakter anak setelah orang tua. Guru dituntut juga memiliki inovasi menghadapi perkembangan zaman, sebab guru bertanggung jawab dalam mencerdaskan bangsanya.

Melalui peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2014 mengenai Perubahan Keenambelas atas Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), Guru diapresiasi dengan ditingkatkan kesejahteraannya mendapatkan gaji pokok. Pemberian gaji pokok bagi guru sertivikasi diharapkan lebih professional mendidik guna menciptakan anak bangsa yang berprestasi.

Namun hal itu dianggap belum efektif, sebab dewasa ini guru dinilai masi mengajar dengan cara-cara lama. Menurut Guru SD Islam Al Ikhlas, Bu Tari, kompentesi dan inovasi mengajar guru negeri sangat kurang dibanding guru swasta . Sehingga penting bagi guru-guru negeri meningkatkan kualitasnya baik itu melalui pelatihan-pelatihan maupun workshop guna mengembangkan wawasan mengajarnya. Tari juga mengatakan mestinya Guru harus mampu menstimulus murid denga mengajar ikhlas dan menyenangkan

“Kesejahteraan guru sekarang sudah meningkat, tapi cara mengajarnya masih seperti dulu. Menurut saya guru saat ini tidak layak lagi menggunakan cara-cara lama, tidak menarik dan tidak relevan hingga kemudian membuat anak menjadi stres. Sekolah swasta inovasinya sudah banyak maka perlu juga sekolah negeri diberikan. Penting banget ya sekolah negeri diajak melek ,” ungkapnya pada Obsessionnews.com usai mengikuti Workshop bertema “Menjadi Guru Asyik dan Menyenangkan’ di Jakarta Selatan, Sabtu (14/11/2015).

Di tempat yang sama, Kang Deden dari Guru Asyik dan Menyenangkan (Gurame) mengatakan menjadi guru asyik dan menyenangkan harus mampu meng On kan anak yang ditekankan diawal belajar, tengah dan akhir pembelajaran. Fungsinya untuk menghilangkan rasa bouring (bosan) anak dalam kelas dan anak dapat mencintai pelajarannya.

Metode Gurame untuk menjadikan guru asyik dan menyenangkan dikelas, pertama guru harus berepresi. Kedua, penataan kelasnya harus membentuk tiga batang otak dengan brand, manajemen otak dan ramah otak, ketiga, guru ditekankan memiliki sensitive feature.

“Biasanya kan guru tidak berepresi, untuk senyum saja pelit makanya kita usahakan guru itu berespresi. Guru juga harus mengajar dari hati, kalau impian gurunya bagus maka anak didiknya bagus, tapi kalau gurunya daripada (asal-asalan), maka hasilnya juga daripada,” pungkasnya.

Menghindari anak jenuh dan bosan di ruangan, guru harus melakukan juga pnedekatan melalui lagu, bermain, yel-yel, aneka tepuk tangan, geral, dalam selang waktu 15-20 menit. Gerakan itu adalah sesuatu yang paling utama diperhatikan, karena dengan gerakan ini secara tidak langsung saraf-saraf akan tersimulasi karena darah mengalir semakin enteng, fokus semakin kuat dan tajam.

Menurutnya cara guru mengajar dengan muka seram, menasehati dengan wajah isyarat menakutkan anak, itu cara jaman dulu (Jadul) mesti di ubah. Jadi kata Kang Deden bukan persaloannya di kurikulum sering di ubah, tapi pendekatan, metode dan strategi belajar harus banyak berubah.

“Kalau dulu kan guru cuman ceramah dan anak duduk manis, tapi sekarang gurunya harus kreatif. Sehingga murid yang aktif, bukan guru pusatnya.Saya berharap para guru bisa mengaplikasikan, melakukan sebuah perombakan total, agar asyik dan menyenangkan dengan jiwa dan hati yang ikhlas. Kalau belajar dari hati semua bisa diraih, dengan cinta maka segalanya bisa muda, dengan ikhlas, reskipun akan muda didapat,” paparnya.

Perbandingan Gaji Guru Indonesia Dengan Negara Lain
Meski gaji guru Indonesia lebih rendah dibanding negara Singapura, Malaysia tetapi gaji PNS Indonesia masih cukup hidup layak. Laporan Survei gaji guru di dunia oleh Varkey Gems Foundation yang dikonvensi dalam dolar Amerika Serikat menunjukkan Singapura, merupakan negara yang memberikan gaji terbesar pada guru-guru mereka.

Singapura menggaji gurunya sebesar USD 45. 755 pertahun (setara Rp 512.089.960) mengalahkan Amerika sebesar USD 44.917 (setara Rp 502.711.064). Sedangkan Korea Selatan menggaji gurunya USD 43.874 (Setara Rp 491. 037.808) dan Malaysia 1.405 RM ditambah tunjangan rutin 340 RM dengan total sekitar Rp 4.941.222,33 itu untuk guru muda di grade (golongan) DGA 29. Di tahap akhir grade gajinya bisa mencapai Rp 10.682.682,36, kalau golongannya naik maka gajinya akan naik hampir Rp 2 juta.

Malaysia membagi tiga kelompok lulusan D-3, grade DGA 29, grade DGA 32, dan Grade DGA 34. Jika guru naik pangkat diakhir grade 34, akan menerima gaji hampir Rp 12 juta. Itu baru lulusan D-III berbeda dengan para guru dan doesn lulusan S-1 dan S-2 dapat memperoleh gaji dari 1.695 RM ditambah 550 RM (sekitar Rp 6.343.799,17) hingga 8.860 RM ditambah 2.200 RM dengan total hampir Rp 39 juta.

Bukan saja gaji pokok mereka juga memperoleh tunjangan perumahan sebesar 180 RM, laptop gratis, dan pinjaman mobil. Bagi guru atau dosen yang mengajar mata Bahasa Inggris atau pelajar catat akan mendapatkan insentif khusus. (Asma)

Sumber http://obsessionnews.com/sudah-gak-jaman-guru-mengajar-dengan-muka-seram/

Selasa, 24 November 2015

Ichsanuddin Noorsy, Indonesia di Permalukan Transkip Pembicaraan Setya Novanto

https://www.youtube.com/watch?v=KSXzDLqhv3Q&feature=youtu.be

Kamis, 12 November 2015

Putra Gunung Lawu Gugat Pemeritahan, Jokowi Bukan Satrio Piningit

Jakarta – Di tengah carut marutnya ketegangan politik di Indonesia, Putra Gunung Lawu menggugat pemerintahan yang kacau balau sekarang ini. “Menyonsong zaman kalasuba ini mau turun, karena sudah kepentok situasi. Keadaan sudah kacau balau, Jokowi tidak mengerti kebudayaan, kenapa dia mau membangun Trisakti namun sekarang dirubah menjadi kabinet kerja,” ungkap Spiritualis Ki Hardono dalam acara ritual Songsong Ratu Buwono dan dialog yang bertema Putra Lawu Gugat Keadaan Bangsa yang Makin Kacau Balau, Senin (22/1/2015), yang digelar Balai Penjuang Trisakti, Jakarta.
Spritualis yang mengaku Putra Asli Gunung Lawu ini juga membantah bahwa Presiden Jokowi satrio piningit sebagaimana dalam ramalan Jayabaya bahwa ada tujuh masa Indonesia akan mencapai jaman keemasan. Jaman ketujuh  atau disebut dengan jaman Tikus Pithi Anoto Baris, yang artinya pemimpin yang muncul dari kalangan orang kecil bukan anak seorang berpangkat, bukan seorang pejabat, bukan lahir dari darah biru, tidak mempunyai gelar apapun, namun mempunyai kemampuan membuat konsep sistem kenegaraan guna menata bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
“Jokwi bukan Satrio pingit, yang namanya dipingit itu belum pernah menjabat sesuatu sedangkan Jokowi pernah mejabat Wali Kota berati dia tidak dipingit karea dia sudah menjabat. Dia juga sudah pernah menjadi Gubernur, sedangkan Satrio Pingit itu belum berada dipanggung politik, belum menjadi pejabat, bukan Jenderal, dan tidak punya titel,” ujar Ki Hardono yang juga penulsi Buku “Nabi Adam Turun di Jawa”.
Ia pun memprediksi, dalam zaman Kalasuba pemimpin Indonesia akan berasal dari putra Gunung Lawu asli. “Maka Putra Piningit akan berasal dari Gunung Lawu sebagaimana saya mendapat petunjuk, hal ini juga saya pernah lakukan tes pertama itu mengigatkan Soeharto pada tahun 1985 sebelum bintang 10 mati, hingga akhirnya Pak Harto turun meskipun itu diturunkan bareng-bareng,” kisahnya.
“Jokowi memiliki titel Ir, dia pengusaha, sedangkan Satrio Piningit bukan seoarang anak yang kaya, bukan seorang pengusaha. Jadi kalau sudah menjadi Walikota berarti tidak dipingit, kalau muncul jadi Guberur berarti juga tidak dipingit,” tandasnya.
Secara garis besar perjalanan bangsa Indonesia yang telah diramalkan oleh Jayabaya (Raja Kediri) Indonesia akan mengalami tujuh jaman. Sekarang Indonesia telah mengalami pergantian tujuh Presiden yang menembus tujuh jaman itu, apakah Jokowi yang disebut-sebut orang yang akan membawa keemasan Indonesia? ini bagian dari perdebatan yang hangat dalam Forum tersebut.
Belum mencapai 100 hari terpilih sebagai Presiden, Jokowi masih saja dibantah sebagai pemimpin Satrio Pingit karena selang waktu ini banyak menimbulkan kontroversi. “Setiap keputusannya bermasalah, setiap tindakannya digugat, setiap kebijakannya diperdebatkan, hingga apa yang akan dia pikirkan bermasalah,” bebernya.
Hardono juga memaparkan mengenai simbol pemimpin tujuh satrio yang disebut dengan Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu yang ditengarai sebagai simbol pemimpin yang akan muncul nanti. “Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu seorang yang menguasai ilmu sosial politik, sosial budaya, dan sosial spritual sebagaimana sosok yang tidak terikat dengan kepentingan duniawi, yang artinya juga setiap menyelesaikan masalah selalu mendapat petunujuk Tuhan,” terangnya.
Sosok Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu rupanya juga mempunyai senjata Trisula Wedho, yang merupakan sosok yang mengerti mengenai masalah sosial politik, sosial budaya, dan sosial spritual. Tatkala itu sosok tersebut mempunyai kecerdasan intelgensi (IQ), Kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Selain itu, dia ini juga ternyata merupakan seorang tabib, olahragawan, seniman, psikolog, dan teolog, bahkan mengerti tentang ilmu kenabian sehingga ia mampu memahami tentang kesehatan badan, kesehatan negara, dan kesehatan ruhani. Pada intinya mampu mensejahterakan rakyatnya baik secara lahiriah, batiniah maupun rohaniah.
Sosok Satrio Piningit tersebut juga diterangkan dalam naskah Pustoko Rojo sebagaimana yang tercantum dalam tulisan yang berjudul “Nabi Adam Turun di Jawa”, bahwa ratu adil itu yang disebut dengan Satrio Muda Taruna Sinengker Ing Yang. Merupakan perjaka muda dipingit oleh Tuhan atau mendapat bimbingan pengetahuan, pengertian dan pemahaman dari Tuhan disebut Satrio Piningit. Sedangkan dalam Tembang Lir-ilir diterangkan figur pemimpin untuk memperbaiki bangsa Indonesia disebit Bocah Angon yang berasal dari desa yang mendapat bimbingan dari Tuhan.
Selanjutnya, Ki Hardono membagi permasalahan Pancasila dalam Pusaran Zaman Kalatida atau Zaman Edan yang memposisikan orang dalam keraguan akan kebenaran, serta Kalasuba zaman dimana nilai-nilai kebenaran atau spiritual akan ditegakkan di muka bumi ini.
Sedangkan dalam sudut pandang Bambang, mantan anggota MPR RI, seluruh warga negara itu adalah orang Jawa. “Sesugguhnya seluruh warga negara dunia adalah orang Jawa, saya bisa dikatakan bukan orang Jawa ketika saya tidak Jawani. Orang Jawani itu melihat semuanya benar melihat Jokowi dari depan tampangnya tidak memenuhi syarat dan sebagainya maka beliau mengatakan itu bukan satrio paningit, tapi mas Arif melihat Jokowi dari belakang ternyata di belakang Jokowi itu pendukungya banyak wah ini satria,” tanggapnya.
Jadi, tegas dia, dari sisi orang Jawa tidak ada kata yang disebut salah, semuanya benar, dan karena semua benar orang Jawa merasa tidak pernah dijajah oleh Belanda karena orang Jawa berterima kasih kepada Belanda gara-gara Belanda datang sehingga ada jalan dari Jawa Timur sampai Jawa Barat.
“Kalau ada orang Jawa menggugat itu artinya sudah masuk pada kategori dia teruji sebagai orang yang Jawani. Indonesia menggugat Bung Karno bukan orang Jawa menggugat artinya di sini sebuah pengertian jangan ada perasaan tersinggung kalau saya bukan orang Jawa apalagi diperkecil menjadi putra Lawu,” ungkapnya.
Yang disebut putra Lawu, jelas dia, adalah mereka yang pernah disentuh oleh abu vulkaniknya Gunung Lawu. Pada saat Gunung Lawu meletus seluruh dunia terbagi abu-abu itu sehingga putra Lawu adalah putra dunia. “Ini juga kata orang Jawa benar dan ada juga yang mengatakan salah, menurut saya di sini tidak ada yang salah, semuanya benar,” kilahnya.
Mantan wartawan ini juga membeberkan persoalan pengalamannya dengan menyebut Surjono Mardani saat masih hidup pada malam hari meminta helikopter ke Bawean dan seterusya, dan saat itu Lawu dijadikan pusat dimana pusat-pusat simbol kekuatan yang dianggap mereka kekuatan untuk melindungi semua pemimpin termasuk Pak Harto.
“Kalau Nabi Adam turun di tanah Jawa dan disebut tanah Jawa, Gunung Lawu, bisa saja pengertiannya terserah orang menafsirkannya karena kata Jawa itu sendiri memiliki sejuta tafsir, termasuk tadi Satrio Piningit itu artinya menurut saya tergantung orang menafsirkan kata Jawa itu memiliki sejuta tafsir,” jelasnya.
Adapun 7 jaman ramalan Jayabaya yaitu:
1. Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong (Kerutuhan Kerajaan Majapahit)
2. Semut Ireng Anak-anak Sapi (Penjajah Belanda Masuk ke Indonesia)
3. Kebo Bongkang Nyabrang Kali (Belanda keluar dan terusir dari bumi Pertiwi)
4. Dijajah Wong Cebol Sak Umure Jagung (Penjajah Jepang Masuk ke Indonesia)
5. Pitik Tarung Sak Tarangan (Konflik dan Perang Saudara di Indonesia era Presiden Soekarno)
6. Kodok Ijo Ongkang-Ongkang (Masa Sentralistik era Presiden Soeharto sampai dengan sekarang)
7. Tikus Pithi Anoto Baris (Jaman ini belum terjadi)
Selain itu diterangkan juga bangsa kita (Indonesia) akan mengalami kejayaan setelah dipimpin oleh 7 Satrio yaitu:
1. Satrio Kinunjoro (Simbolnya Bug Karno)
2. Satrio Kesandung Kesampar (Simbolnya Pak Harto)
3. Satrio Jinumput Sumelo Atur (Simbolnya Pak Habibie)
4. Satrio Lelono Broto (Simbolnya Gus Dur)
5. Satrio Hamung Tuwu (Simbolnya Ibu Megawati)
6. Satrio Bayong Pambukane Gapuro (Simbolnya Pak SBY)
7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu (Simbolnya pempimpin yang akan muncul nanti)
(Asma)
sember http://obsessionnews.com/putra-gunung-lawu-gugat-pemeritahan-jokowi-bukan-putra-pingitan/
Tau Ngak ! Rasanya di  Jalan Ibu Kota

Jakarta-, Setiap pagi dan sore hari di Commuter tu berdesak-desakan. Mau tidak mau ini resiko harus di jalani, terutama bagi kami yang tak punya kendaraan pribadi. Ya meki berdesak-desakan kita juga berkontribusi lho tidak membuat macet ibu kota,,,, hehehe meski sampai sekarang kemacetan tidak bisa dielahkan.


Apalagi kayak gini ne...,kita dalam keadaan terburu-buru, trus dihadapkan dengan situasi commuter padat, kita hanya bisa bersabar-dan bersabar. Sesekali menimang-nimang kalau naik angkot pasti macet, naik kereta padat penumpangnya. Jadi harus sabar kawan  kalau tinggal di Ibu Kota.



Ini Gambaran arus balik, tepanya jalur Pasar Minggu arah Pancoran.... Padat Banget kan sampai berkilo-kilo macetnya. Tentunya jarak tempuh kita berjam-jam dalam jarak lima kilo meter. Tapi sekali lagi harus sabar kawan, beginilah Ibu Kota.


Kalau Gambar yang ini Jalur Slipi ke Sudirman,,, wah macetnya luar biasa... apalagi sekarang situasi perbaikan jalan.








Kalau lagi kesal, bete dalam mobil Trans Jakarta, paling saya hanya bisa foto-foto situasi... mengabadikan momen hehehe. Ini masih situasi jalur Slipi-Sudirman,,, lihat saja banyak pengemudi roda empat melanggar jalur lalulintas. Padahal jalur Trans Jakarta tu disediaan khusus, tapi selalu dimonopoli, itulah ketidak tertipan mereka berlalulintas
Foto bersama Glenn Fredly di Kantor Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) dalam acara  konferensi OMAH Munir tentang Munirpard di kantor KontraS Jl. Borobudur Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2014)

HAM Itu Gaya Hidup, Jokowi Harus Realisasikan Janjinya

Jakarta, Obsessionnews – Peristiwa konspirasi pembunuhan pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) Munir sudah 11 tahun. Bukan hal yang gampang untuk menyelesaikan kasus Munir, sebagaimana benturan hukum dan politik menjadi alasan tersendatnya penyelesaian kasus ini. Pihak keluarga korban dan pegiat HAM tidak pernah bosan memberikan dukungan, untuk membuka kasus pembunuhan Munir 2004 silam.
Musisi papan atas, Gleen Fredly yang juga pendukung Jokowi 2014 bukan syarat untuk tidak menyuarakan HAM, namun dengan Nawa Cita Jokowi sehingga penyanyi dan pemain film ini berharap kepada Jokowi agar merealisasikan janjinya. Ia berharap Jokowi mampu memahami HAM itu sendiri yang harus dibuktikan selama dalam kepemimpinanya.


“Sebagaimana dalam nawacintanya Jokowi mesti menjadi pembuktian dalam kepemimpinanannya bahwa dia menyadari betul apa yang menjadi aspirasi di masyarakat maupun pada pegiat HAM sampai pada masalah HAM sendiri di Indonesia,” ungkap Gleen Fredly kepada wartawan usai menghadiri konferensi OMAH Munir tentang Munirpard di kantor KontraS Jl. Borobudur Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2014).
Menurut Gleen, memahami HAM bagi generasi muda begitu penting, baik melalui dialog dan berdiskusi. Gleen berharap melalui kebijakan Jokowi HAM di Indoneisa  mampu diselesaikan atau dituntaskan.
“Menurut saya masyarakat generasi baru penting melakukan dialog sehingga mampu dimengerti masyarakat pada umumnya, agar kebijakan keputusan Jokowi mengenai HAM di Idonesia bisa diselesaikan baik itu konsensus bersama atau sebuah dialog bahkan sampai iplementasi yang nyata,” katanya.


Pelantun lagu ‘Januari’ ini juga menilai Munir merupakan simbol reformasi yang turut mendedikasikan dirinya dalam berjuang menegakkan HAM. Sehingga menurutnya perlu memberikan dukungan moral terhadap Munir.
“Terpenting adalah dukungan moral itu paling penting menurut saya karena biar bagaimanapun, Munir sebagai simbol di era hari ini pasca reformasi kalau bicara HAM di Indonesia,” tegasnya.
“Kita tahu semua bicara HAM paling banyak meratifikasi tentang berkaitan dengan HAM tapi ketimbang iplementasi kita masih kurang dibandingkan dengan negara-negara Asia. Jadi kita percaya sebagai negara yang memiliki kemampuan dan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan otomatis tidak lepas dari demokrasi Indonesia bisa bertumbuh juga dan menghargai HAM,” harapnya pula.



Ia mengatakan, penegakkan HAM bukan hanya berlaku pada aktivis tapi berbagai kalangan masyarakat  untuk dijadikan lifestyle atau gaya hidup. “Pencinta Munir itu bisa dimanapun karena panggilan nurani ya, kita sebagai orang Indonesia yang cinta Indonesia menjadi bangsa yang waras, ini penting lho ini bukan tugasnya saja aktivis tapi ini tugasnya juga media ini penting lho, ibu rumah tangga sampe penting,”cetusnya.
Jadi, lanjutnya, bicara HAM tidak sampai diadvokat saja pada akhirnya tidak sampai di situ. “Jadi bicara HAM menjadi lifestyle gaya hidup gitu, dimana diiplementasi dalam lagu, dalam pergaulan kah, apalagi dalam era digital sekarang, dan ruang belajar itu terbuka lebar kan untuk kita belajar kan,” imbaunya.
“Saya setuju dengan Munir berlipat ganda, artinya berlipat ganda disini semangatnya, kalau masalah advokasi itu  menjadi bagian teman-teman untuk mendorong itu,  tugas saya hanya memberi suport dukungan moril betapa pentinggnya permasalahan hak-hak asasi manusia menjadi salah satu pola didalam pertumbuhan demokrasi maupun berefek domino bicara hal-hal ekonomi, sosial dan budaya,” tuturnya.


Gleen menilai, diabadikannya nama Munir sebagai nama jalan di Belanda Kota Den Haag suatu kehormatan  yang luar biasa. Ini kehormatan luar biasa, dan sampai hari ini saya mempercayai bahwa apa yang disampaikan Jokowi pada saat berkampanye berpihak pada HAM.
“Semoga dalam pemerintahannya bisa melihat bukti nyata bahwa berbeda dengan pemerintahan sebelumnya karena Jokowi dipilih atas kepercayaan masyarakat termasuk saya,” tutupnya. (Asma)

http://obsessionnews.com/ham-itu-gaya-hidup-jokowi-harus-realisasikan-janjinya/